Workshop Pengembangan Tanaman Alpukat di KHDTK Gunung Bromo UNS

Jumat, 23 September 2022 UPT PPK UNS bekerjasama dengan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Solo dan Cabang Dinas Kehutanan Wilayah X Surkarta menggelar “Workshop Pengembangan Tanaman Alpukat di KHDTK Gunung Bromo UNS” yang diselenggarakan di rumah ketua KTH Wonosewu, Desa Sewurejo, Kecamatan Mojogedang. Kegiatan tersebut dihadiri oleh sekitar 30 orang yang sebagian besar merupakan anggota Kelompok Tani Hutan Wonosewu. Turut Hadir juga Kepala BPDAS Solo Ir. Suratman, M.Si., Kepala UPT PPK UNS Dwi Priyo Ariyanto, S.P., M.Sc., Ph.D, Mardhika Sapto Sari dan Rusnaryanto selaku Penyuluh Kehutanan Lapangan dari CDK Wil. X Surakarta, H. Agus Riyadi S.Pd.I dari Pusbikat Ambarawa selaku narasumber pertama, serta perwakilan Rimba Kaloka dari Klaten selaku narasumber kedua. Kegiatan workshop ini bertujuan sebagai pengenalan awal terkait cara budidaya dan potensi dari tanaman alpukat bagi masyarakat KTH Wonosewu yang akan dikembangkan di KHDTK Gunung Bromo UNS.

Kegiatan diawali dengan sambutan dari Kepala UPT PPK UNS Dwi Priyo Ariyanto, S.P., M.Sc., Ph.D. dilanjutkan sambutan oleh Kepala BPDAS Solo Ir. Suratman, M.Si. sekaligus membuka kegiatan tersebut. BPDAS Solo berencana memberikan sekitar 300 bibit alpukat yang akan ditanam oleh Kelompok Tani Hutan Wonosewu pada tiap lahan Garapan mereka di KHDTK Gunung Bromo UNS. Tanaman Alpukat dipilih dengan mempertimbangankan kondisi lahan yang mendukung di KHDTK Gunung Bromo UNS. Selain itu tanaman alpukat dipilih karena produktivitas buahnya yang tinggi dan memiliki nilai ekonomi menjanjikan.

Materi workshop yang pertama berkaitan dengan Teknik budidaya tanaman alpukat mulai dari pemilihan bibit, penanaman, perawatan, pemanenan buah, sampai pada pemasaran. Penanaman bibit alpukat sebaiknya dilakukan menjelang musim hujan supaya kebutuhan air untuk pertumbuhan tanaman tercukupi dengn baik. Tanaman alpukat biasanya dapat mulai berbuah Ketika usianya mencapai tiga tahun, namun tidak jarang juga ditemui tanaman yang sudah berbuah sebelum usia tiga tahun. Petani tidak perlu khawatir terkait pemasaran buah alpukat karena banyak sekali pihak-pihak yang mau menampung. “Potensi buah alpukat sangat besar mengingat ketika buah baru muncul saja sudah ada orang yang hendak membeli dengan harga yang bervariasi”, ujar Agus Riyadi sebagai narasumber pertama kegiatan workshop. Buah Alpukat terbagi menjadi empat grade yaitu Grade A (500 gram dengan buah mulus tanpa cacat), Grade B (300 gram dengan buah mulus tanpa cacat), Grade C (250 gram), dan Grade D (dibawah 250 gram). Agus Riyadi juga memaparkan terkait analisa usaha dari budidaya alpukat dari modal, biaya perawatan, hingga pemasukan pada saat panen.

Materi workshop yang kedua berkaitan dengan pola pendampingan pada proses budidaya alpukat oleh Kelompok Pemuda Tani Rimba Kaloka. Program pemberdayaan dari Kelompok Pemuda Tani Rimba Kaloka melalui budidaya alpukat bertujuan untuk peningkatan ekonomi masyarakat, penghijauan bagi lingkungan, peningkatan gizi bagi keluarga, dan pada akhirnya mencapai kesejahteraan bagi anggota KTH. Rimba Kaloka sebagai mitra dari BPDAS Solo akan mendampingi warga dalam budidaya, monitoring, dan pemasaran produk. Adanya Kelompok Pemuda Tani Rimba Kaloka sebagai fasilitator bagi masyarakat diharapkan dapat menambah semangat dan komitmen masyarakat dalam budidaya tanaman alpukat sampai pada akhirnya dicapai kemandirian masyarakat. Kelompok Pemuda Tani Rimba Kaloka juga telah sukses memberdayakan masyarakat dengan tanaman alpukat pada beberapa wilayah lain seperti Kabupaten Klaten. Kegiatan ini juga melibatkan sekitar 20 mahasiswa Prodi Pengelolaan Hutan sebagai rangkaian kegiatan MBKM di KHDTK Gunung Bromo UNS.

Workshop Pengembangan Tanaman Alpukat di KHDTK Gunung Bromo UNS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *